Kamis, 06 Juni 2013

Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.(Satyanegara, 1998)

Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.

Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris

ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (Sylvia A. Price, 1995)

Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung. (Harsono, 2000)

Jumat, 17 Mei 2013

aspek sosial budaya dalam status gizi

PEMBAHASAN
A. Faktor yang Mempengaruhi Gizi Buruk
1. Konsumsi makanan
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang di makan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan ditemukan factor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.
2. Pengaruh budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak dan produksi pangan.
3. Sikap terhadap makanan
Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makananan menjadi rendah.
4. Penyakit
Konsumsi makanan yang rendah juga bias disebabkan oleh penyakit, terutama penyakit infeksi pada saluran pencernaan. Namun tidak hanya infeksi pada saluran pencernaan saja. Biasanya kondisi sakit juga mempengaruhi nafsu makan. Dalam kondisi sakit seseorang cenderung merasa lemas dan nafsu makannya berkurang.
5. Jarak kelahiran anak
Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi anak dalam keluarga.
6. Produksi pangan
Konsumsi zat gizi yang rendah dalam keluarga juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.
Data yang relevan untuk produksi pangan :
  1. Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli atau barter)
  2. Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan serangga, penyuluhan pertanian)
  3. Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga kecocokan tanah, tanah yang digunakan, jumlah tenaga kerja)
  4. Peternakan dan perikanan (jumlah ternak seperti, kambing, bebek) dan alat penangakap ikan
  5. Keuangan (keuangan yang tersedia, fasilitas untuk kredit)
7. Faktor sosial Ekonomi
  1. Data Sosial
Data sosial yang perlu dipertimbangkan adalah :
  1. Keadaan penduduk di masyarakat ( jumlah, umur, distribusi gender dan geografis )
  2. Keadaan keluarga ( besarnya, hubungan dan jarak kelahiran )
  3. Pendidikan
  • Tingkat pendidikan ibu bapak
  • Keberadaan buku-buku
  • Usia anak sekolah
  1. Perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, listrik, ventilasi, perabotan, jumlah kamar, pemilika dan lain-lain )
  2. Dapur (bangunan, lokasi, kompor, bahan baker, alat masak, pembuangan sampah )
  3. Penyimpanan makanan ( ukuran, isi, penutup serangga )
  4. Air ( sumber, jarak dari rumah )
  5. Kakus ( tipe yang ada, keberadaannya )
  1. Data Ekonomi
Data ekonomi meliputi :
  1. Pekerjaan ( pekerjaan utama misalnya pertanian dan pekerjaan tambahan misalnya pekerjaan musiman )
  2. Pendapatan keluarga ( gaji, industri rumah tangga, pertanian pangan / non pangan, utang )
  3. Kekayaan yang terlihat seperti tanah, ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan, radio, TV
  4. Pengeluaran /anggaran ( Pengeluaran untuk makan, menyewa, pakaian, bahan bakar, listrik, pendidikan, transportasi, rekreasi, hadiah/persembahan )
  5. Harga pangan bergantung pada pasar dan variasi musim
8. Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan
Infornasi kesehatan dan pendididkan penting untuk meningkatkan pelayanan. Beberapa data tentang pelayanan kesehatan dan pendidikan antara lain :
  1. Rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan (Puskesmas), jumlah rumah sakit, tempat tidur, staf.
  2. Fasilitas dan pendidikan yang meliputi anak sekolah (jumlah, pendidikan gizi/kurikulum). Remaja meliputi organisasi yang ada di lingkungannya. Orang dewasa meliputi jumlah warga yang buta huruf. Media masa seperti radio, televisi, dll.

B. Masalah Pangan dan Gizi di Indonesia
Pengolahan bertujuan untuk:

a. menghindarkan kerusakan atau pembusukan yang berlebihan.
b. menghasilkan produk yang tahan lama, terutama untuk pangan yang akan disimpan atau diangkut dalam jarak jauh;
c. menghasilkan produk yang sesuai untuk pengerjaan lebih lanjut; dan
d. menghasilkan produk yang memenuhi kualitas dan persyaratan yang diminta pasar.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengawetkan atau memperpanjang masa simpan suatu pangan, tergantung dari jenis pangan itu sendiri. Beberapa di antaranya, yaitu:
a. pengawetan dengan suhu tinggi;
b. pengawetan dengan suhu rendah;
c. pengeringan;
d. pengawetan dengan radiasi;
e. pengawetan dengan menggunakan bahan kimia.
C. CONTOH KASUS
Salah satu masalah sosial yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi masyarakat. Hal ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai masalah gizi, seperti kurang gizi, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, dan kurang vitamin A. Rendahnya status gizi jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena, status gizi memengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu, dan produktivitas kerja.
Indonesia harus menelan ”pil pahit” karena hanya sebagian kecil dari penduduknya yang kebutuhan gizinya tercukupi. National Socio-Economic Survey (Susenas) mencatat, pada tahun 1989 saja ada lebih dari empat juta penderita gizi buruk adalah anak-anak di bawah usia dua tahun. Padahal menurut ahli gizi, 80 persen proses pembentukan otak berlangsung pada usia 0-2 tahun.
Dalam hal angka kematian bayi, Indonesia (31/1.000 kelahiran) hanya lebih baik dibandingkan dengan Kamboja (97/1.000) dan Laos (82/1.000). Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, kita masih tertinggal. Singapura dan Malaysia memiliki angka kematian bayi amat rendah, masing-masing 3 dan 7 per 1.000 kelahiran. Ini menunjukkan besarnya perhatian negara itu terhadap masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi anak-anak.
Ada sekitar 7,6 juta anak balita mengalami kekurangan gizi akibat kekurangan kalori protein. Itu data yang dihimpun Susenas empat tahun lalu. Bukan tidak mungkin saat ini jumlahnya meningkat tajam karena krisis ekonomi yang berkepanjangan ditambah dengan masalah pangan yang sulit didapat. Bahkan menurut United Nations Children’s Fund (Unicef) saat ini ada sekitar 40 persen anak Indonesia di bawah usia lima tahun (balita) menderita gizi buruk.
Seorang anak yang pada usia balita kekurangan gizi akan mempunyai Intellegent Quotient (IQ) lebih rendah 13-15 poin dari anak lain pada saat memasuki sekolah. Perkembangan otak anak usia balita sangat ditentukan oleh faktor makanan yang dikonsumsi. Zat gizi seperti protein, zat besi, berbagai vitamin, termasuk asam lemak omega 3 adalah pendukung kecerdasan otak anak. Zat-zat itu bisa didapat dari makanan sehari-hari seperti ikan, telur, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan sebagainya. Singkatnya, pola makan seorang anak haruslah bervariasi, tidak hanya satu atau dua jenis saja.

D. Dampak dari Ketidakseimbangan Status Gizi
Kira-kira dampak apa yang akan terjadi apabila jumlah konsumsi makanan yang kurang dan asupan zat gizi yang tidak seimbang terus terjadi seperti pada temuan di atas? Berikut ini beberapa analisa risiko yang bisa terjadi:
  1. Menurunnya kemampuan belajar/berfikir
Asupan zat gizi anak-anak sekolah masih sangat memprihatinkan. Padahal asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan supaya memiliki kemampuan intelektual yang baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang unggul. Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berfikir. Karena organ otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Apabila kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanent. Oleh karena itu, Kemampuan anak belajar atau prestasi anak di sekolah menjadi menurun. Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Sehingga kewajiban kita sebagai orang tua harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas asupan gizi anak. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan anak-anak saat ini.
  1. Menurunnya pertumbuhan, kemampuan fisik dan ketahanan tubuh rentan
Pada umumnya banyak keluarga yang masih tidak peduli terhadap asupan kandungan gizi yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. Mereka lebih banyak peduli bahwa “yang penting anak kenyang”, tanpa memperhatikan keseimbangan gizinya. Padahal akibat dari asupan gizi yang kurang diantaranya daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stress menjadi menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat bisa berbahaya dan bahkan bisa membawa kematian. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal juga tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar. Pada masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak-anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna sehingga dampak masalah gizi bagi anak sekolah dapat berupa gangguan pertumbuhan dan kesegaran jasmani yang rendah. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan anak harus diperhatikan sedini mungkin, agar terhindar dari ancaman berbagai penyakit yang bisa berujung pada kematian. Salah satu contoh yang bisa diambil adalah kasus-kasus di daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), akibatnya pertumbuhan penduduknya sangat terhambat seperti cebol atau kretinisme.

  1. Ancaman malnutrisi dan penyakit
Kurangnya asupan zat gizi yang seimbang dalam jangka panjang dapat menyebabkan ancaman malnutrisi bahkan dimulai pada saat kehamilan atau dalam kandungan ibu. Malnutrisi ini bisa menyebabkan kematian apabila tidak ditanggani sedini mungkin. Selain malnutrisi, ada ancaman penyakit lain yang disebabkan makanan atau jajanan anak sekolah. Jajanan yang mengadung zat kimia dan bersifat karsinogenik, seperti zat pengawet (formalin, borax), pewarna sintetik, perasa (MSG) dapat terakumulasi pada tubuh yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit kanker dan tumor. Apabila anak mengkonsumsi asupan gizi yang tidak seimbang, maka ancamannya berupa penyakit seperti anemia defisiensi zat besi, kekurangan vitamin A (KVA), bahkan gangguan akibat kekurangan yodium di suatu komunitas terutama daerah endemik.

E. Langkah-langkah yang Harus Dilakukan Agar Masyarakat Mempunyai Gizi Seimbang
Penanggulangan kemiskinan membutuhkan upaya yang terus menerus karena kompleksnya permasalahan dan keterbatasan sumber daya. Karena itu harus melibatkan multi sektor dan lintas stakeholder terkait. Rendahnya kemampuan ekonomi sebuah rumah tangga sangat miskin (RTSM) membawa dampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi, serta menyebabkan banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pelajarannya di bangku sekolah. Sebagian di antaranya harus bekerja keras membantu orang tuanya mencari nafkah untuk keluarga dan sebagian lagi.
  Pemerintah SBY-JK dalam program kerjanya mengatasi masalah gizi,  meluncurkan beberapa paket kebijakan. Di antaranya meningkatkan Sistem  Kewaspadaan Gizi melalui Pemantauan Status Gizi. Dengan target,  teridentifikasinya kasus gizi buruk pada balita dan tertanggulanginya kasus gizi  buruk. Juga Program Revitalisasi Posyandu dan Gerakan Keluarga Sadar Gizi  (Kadarzi), yaitu suatu keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu  mengenali masalah gizi setiap anggota keluarga dan mengambil langkah  mengatasi masalah gizi anggota keluarga. Hal ini dijadikan alat untuk  menanggulangi masalah gizi guna mencapai Gizi Baik untuk Semua Tahun 2020.
 Memang, pemerintah sesuai amanat UUD 1945 berkewajiban untuk dapat menyejahterakan rakyatnya. Tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan, upaya menuntaskan masalah gizi harus dipahami, disadari dan dimulai dari diri kita sendiri. Bukankah Allah SWT dalam firman Nya mengatakan: "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu itu berusaha mengubah nasibnya sendiri." Untuk itulah penting kiranya langkah sederhana dan mungkin dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, guna mendeteksi masalah  gizi agar tidak sampai terjadi pada diri kita dengan cara:
  1. Biasakan menimbang berat badan minimal satu bulan sekali, lebih biak lagi tiap minggu. Meski kelihatan sederhana, tetapi berat badan dapat menjadi suatu cara untuk mengetahui perubahan status gizi kita, terutama pada anak-anak. Kenaikan atau penurunan berat badan, harus dicari penyebabnya dengan mengevaluasi yang kita makan dan berapa banyaknya. Ketika kita makan banyak tetapi berat tidak naik atau makan sedikit berat malah naik, perlu diwasdai adanya gangguan penyakit tertentu. Hipertiroid, misalnya. Meski kita sudah makan banyak tetapi berat malah turun atau juga gejala kencing manis, makan banyak tetapi berat secara drastis merosot. Berat badan jika digabung dengan parameter lain, misalnya: tinggi badan, dapat digunakan untuk mengetahui massa tubuh kita dengan menggunakan Rumus IMT yaitu berat badan (kg): tinggi badan (m)2 jika hasilnya 18,5 sampai 25, maka IMT kita tergolong normal. Tetapi jika nilainya lebih 25, berarti ada kelebihan gizi dan jika kurang 18,5 maka termasuk kurang.
  2. Melakukan evaluasi yang telah kita makan satu hari --lebih baik tiga hari--dapat dilakukan dengan mencatat (food record), atau mengingat yang telah dimakan food recall. Secara sederhana kita dapat mengevaluasi, apakah yang kita makan memenuhi gizi seimbang. Artinya, ada sumber zat tenaga, zat pembangunatau zat pengatur. Jika ingin lebih detil, dapat berkonsultasi untuk dianalisis zat gizinya. Hasil analisis dapat diketahui apakah cukup atau tidak konsumsi makanan kita. Bahkan dapat diketahui zat gizi apakah yang kelebihan dan yang kekurangan. Hasil analisis juga dapat dibuat semacam prediksi gangguan gizi, atau penyakit apa apa saja yang mungkin muncul di masa mendatang.
  3. Makan secukupnya. Artinya: makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, makan dengan porsi kecil tapi sering lebih baik dibanding sekali makan dengan porsi banyak. Makan sekaligus banyak dalam satu waktu, selain dapat menjenuhkan siklus asam sitrat yaitu siklus yang menghasilkan ATP atau tenaga tubuh kita.
 Jika terjadi kejenuhan maka makanan akan langsung ditimbun menjadi lemak. Selain itu, makan sekaligus dalam jumlah banyak akan mengakibatkan produksi radikal bebas yang banyak. Padahal kita tahu, radikal bebas adalah salah satupenyebab terjadinya kanker.
 Agar masalah gizi dapat dituntaskan, sudah saatnya tenaga gizi dan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, bidan, perawat serta seluruh pejabat pemerintah tidak malu-malu lagi membuat laporan adanya masalah gizi di  suatu wilayah. 
Jangan sampai hanya karena mengejar laporan 'Asal Atasan Senang', dibuatlah laporan yang dimanipulasi seolah-olah tidak ada masalah. Hingga suatu saat muncul kasus gizi buruk, seakan-akan kejadiannya mendadak. Sebenarnya kita tahu, masalah gizi memerlukan proses yang cukup panjang. Sebab, meski kekurangan gizi setiap hari, tubuh secara otomatis dapat beradaptasi dengan mengefisienkan penggunaan zat gizi dengan cara menurunkan basal metabolismenya.
 Pemerintah harus mencari jalan atau cara yang lebih jitu, untuk memecahkan berbagai masalah gizi sesuai perkembangan iptek terbaru. Sebagai contoh, program mengatasi kekurangan zat besi pada ibu hamil dengan pemberian suplementasi zat besi. Program tersebut telah berjalan puluhan tahun, tetap tidak menghasilkan hasil yang memuaskan. Sampai saat ini, prevalensi nasional masih di atas 40 persen.


PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari makalah di atas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Apa yang di makan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan ditemukan factor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.
2. Konsumsi zat gizi yang rendah dalam keluarga juga dipengaruhi oleh produksi pangan.
3. Konsumsi makanan yang rendah juga bias disebabkan oleh penyakit, terutama penyakit infeksi pada saluran pencernaan.
4. Infornasi kesehatan dan pendididkan penting untuk meningkatkan pelayanan.
5. Rendahnya status gizi berdampak pada kualitas sumber daya manusia.
6. Banyak keluarga yang masih tidak peduli terhadap asupan kandungan gizi yang dikonsumsi oleh anak-anaknya.

Senin, 13 Mei 2013

ANTIBIOTIK Farmakologi


A.    Pengertian
Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain.
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah xzat-zat kimia yang dihasilkan miro organisme hidup tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki kahsiat mematikan atau mengahambat pertumbuahn banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.

B.     Pembuatan Antibiotika

Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikro organisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini, melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol
Aktivitas Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang belum sempurna pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B basitrasin, atau karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.

C.    Mekanisme Kerja
Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah perintangan selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga sintesis protein dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan tetrasiklin.
Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin, tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.

D.    Golongan Obat Antibiotika
1.      Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
Pensilin terdiri dari :
a.       Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
1)      Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2)      Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi pneumokokus.
b.      Pensilin Tahan Penisilinase
1)      Kloksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2)      Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
c.       Pensilin Spectrum Luas
1)      Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2)      Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
d.      Penisilin Anti Pseudomona
1)      Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.
2)      Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
3)      Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.

2.      Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
            Sefalosforin terbagi atas :
a.       Sefadroksil
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
Kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
b.      Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
c.       Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
d.      Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.
e.       Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.
f.       Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya yang kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.
3.      Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas :
a.       Tetrasiklin.
Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan diatas) klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal (lihat Lampiran 3), kadang-kadang menimbulkan fotosintesis.
Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.
b.      Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Perhatinak : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
c.       Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
d.      Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari pada porfiria.
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).
4.      Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
a.       Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
b.      Gentamisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad meningitis karena listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso, awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang colitis karena antibiotic.
Dosis : injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari ( dalam dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi tiap 8 jam ) lihat juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma.
c.       Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi usus sebelum operasi
d.      Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin.

5.      Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya, obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Kontraindikasi: wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria
Efeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia anemia aplastik ( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic, eritem multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria nocturnal.
6.      Makrolid
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
a.       Eritromisin
Indikasi: sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, protatitis kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis.
b.      Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.
c.       Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum ( lihat bagian 1.1)
7.      Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active agent) dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada keadaan membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika bakteriostatik seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.
Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar. Maka penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini sangat berkurang dengan munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
8.      Golongan Antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain.